1.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Indonesia terbagi atas berbagai pulau dan wilayah. Mulai dari kabupaten,
kecamatan, juga kelurahan ataupun desa. Suryana (2009) mengungkapkan, desa
merupakan salah satu bagian terkecil dari rangkaian struktural sebuah negara.
Desa dari dulu kala (mungkin hingga saat ini) selalu identik dengan
ketertinggalan, kotor, udik dan hal-hal lain yang sejenisnya. Dan desapun
senantiasa selalu tertinggal dari pembangunan-pembangunan nasional di
Indonesia. Baik pembangunan sumber daya manusia sebagai aset terbesar.
Pembangunan pedesaan selain masalah infrastruktur, yang tidak kalah
penting adalah masalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan
aset yang sangat berharga dan sangat vital bagi setiap bangsa. Perusahaan-perusahaan
dalam mencari calon karyawannya pasti akan mencari karyawan (SDM) yang
berkualitas. Salah satu syarat untuk menjadikan SDM berkualitas adalah
mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh keterampilan dan
keahlian. Ketika menyadari bahwa masih rendahnya SDM, tentu satu sikap yang
harus dimiliki adalah keyakinan dan optimis untuk dapat mengangkat SDM
tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui
pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS). Rendahnya
kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak
usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sebagai
akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan
oleh faktor ekonomi yang menyebabkan tingginya angka putus sekolah.
Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian
pemerintah melalui semangat otonomi daerah yakni menggerakan program pendidikan
non formal. Disebutkan dalam UU Nomor 20, tentang Sistem Pendidikan Nasional
secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus
ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat,
dan pemerintah ikut bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan non formal
sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Hal
tersebut akan dibahas dalam makalah ini, khususnya terkait pengembangan masyarakat pedesaan dalam hubungannya
dengan pendidikan luar sekolah.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus
penulisan makalah ini akan terinci dalam bentuk rumusan sebagai berikut.
1)
Apa masalah dalam
pengembangan masyarakat pedesaan dan hubungannya dengan pendidikan?
2)
Apa prinsip dalam pengembangan
masyarakat pedesaan?
3)
Bagaimana sasaran pendidikan luar
sekolah dalam pengembangan masyarakat pedesaan?
4)
Bagaimana implikasi pendidikan luar
sekolah untuk masyarakat pedesaan?
1.3
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut.
1)
Mengetahui masalah
dalam pengembangan masyarakat pedesaan dan hubungannya dengan pendidikan.
2)
Mengtahui prinsip
dalam pengembangan masyarakat pedesaan.
3)
Mengetahui
sasaran pendidikan luar sekolah dalam pengembangan masyarakat pedesaan.
4)
Mengetahui implikasi pendidikan luar
sekolah untuk masyarakat pedesaan.
2.
Pembahasan
2.1
Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan
luar sekolah (out of school education)
dalam wikipedia adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga
belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman
yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).
Dalam Sudjana (1991; 13) menerangkan,
bahwa pendidikan luar sekolah merupakan konsep yang muncul dalam studi
kependidikan. Konsep pendidikan luar sekolah muncul atas dasar hasil observasi
dan pengalaman langsung dan tidak langsung. Hasil observasi dalam pengalaman
ini kemudian dibentuk sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan
ciri-ciri antara pendidikan luar sekolah dengan pendidikan sekolah, persamaan
keduanya seperti,1) kegiatannya sengaja, 2) terorganisasi, 3) melibatkan
pengajar dan peserta didik. Sedangkan perbedaan di antara keduanya adalah:1)
bahan ajar, 2) jadwal, 3) tempat belajar, 4) sumber belajar, dan 5) hasil belajar.
Disamping itu, pendidikan luar sekolah
juga memiliki pengertian sistem, prinsip-prinsip, dan paradigma tersendiri yang
relatif berbeda dengan apa yang dimiliki pendidikan sekolah.
2.2
Masalah
dalam Pengembangan Masyarakat Pedesaan dan Hubungannya dengan Pendidikan
Masalah-masalah
yang dihadapi dalam pengembangan masyarakat dan hubungannya dengan pendidikan
yang terdapat di pedesaan dapat digambarkan sebagai berikut:
1)
Masyarakat pedesaan merupakan bagian
terbesar penduduk dunia. Laporan PBB (1953) tentang situasi dunia, hasil survey mengenai program-program pengembangan
masyarakat serta ekonomi dunia, mengemukakan bahwa penghuni dunia terdiri atas
tiga sampai lima juta komunitas pedesaan, yaitu kelompok-kelompok yang memiliki
perasaan keakraban dan kebersamaan. Bentuk komunitas tersebut bervariasi yang
mencakup kelompok masyarakat yang masih hidup berpindah-pindah, kelompok yang
kehidupannya seperti suku-suku terasing, dan masyarakat petani di pedesaan.
Delapan puluh persen dari jumlah seluruh komunitas tersebut tersebar di negara-negara
yang sedang berkembang.
Sejak tahun enampuluhan, negara-negara berkembang
memandang masyarakat pedesaan sebagai masalah yang amat penting dalam
pembangunan nasional di negara masing-masing. Di antara faktor penyebabnya
adalah tantangan dari luar yang berupa:
a) perubahan ekonomi, sosial dan teknologi dunia yang kurang memberi manfaat
dagi masyarakat pedesaan, bahkan sring menimbulkan kegoncangan ekonomi dan
melemahkan integritas sosial dan budaya masyarakat pedesaan; b) rangsangan
melalui media massa yang menimbulkan keinginan terhadap barang-barang konsumsi dan
kebutuhan sosial lainnya yang tidak diimbangi oleh kemampuan masyarakat untuk
memiliki, memelihara, dan memanfaatkannya. Selain tantangan dari luar terdapat
juga tantangan dari dalam yang berupa: a) tekanan pertambahan penduduk yang
tidak seimbang dengan luas lahan yang tersedia; b) keinginan memproduksi
bahan-bahan yang dapat dijual, disamping untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
tetapi keterampilan memproduksi dan memasarkannya masih rendah; dan c) dorongan
urbanisasi untuk memperoleh pekerjaan, pendidikan, atau kebutuhan lainya di
kota. Tantangan-tantangan tersebut
sering menggoyahkan ikatan kekeluargaan dan kehidupan tradisional masyarakat
pedesaan, menimbulkan sikap masa bodoh atau sikap menolak tanpa dasar, bahkan
dapat membangkitkan harapan dan tuntutan luar biasa yang tidak didasarkan atas
kemampuan masyarakat itu sendiri.
2)
Kegiatan pembangunan dalam seluruh aspek
kehidupan, termasuk di dalamnya pembangunan pendidikan, sangat diperlukan oleh
dan untuk masyarakat pedesaan. Kebutuhan untuk membangun ini didasarkan antara
lain atas adanya jurang perbedaan antara perkembangan daerah pedesaan dengan
daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, perkembangan masyarakat cenderung masih
statis. Sebagaian besar anggota masyarakat bermata pencaharian sebagai petani
yang masih terikat oleh tradisi dan adat yang cenderung kurang mendukung
pembangunan. Banyak warga masyarakat yang menderita kemiskinan serta
keterbelakangan di bidang pendidikan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya
penduduk yang tidak berkesempatan memasuki dunia pendidikan sekolah, atau
kebanyakan masih dalam tingkat sekolah dasar. Di daerah pedesaan juga masih
banyak penduduk yang buta aksara.
3)
Sekitar 70-80 persen penduduk dunia, bermukim
di pedesaan. Tenaga terdidik masih sangat rendah, dikarenakan sebagian besar penduduk
berpendidikan rendah, dan masih banyak yang buta huruf. Botkin dalam Sudjanah
(1991; 199) mengemukakan bahwa buta huruf merupakan Dunia Kelima, dan merupakan
peringkat dunia kelima setelah peringkat Dunia Keempat yaitu negara-negara
miskin.
4)
Sistem dan program pendidikan sekolah
belum menunjang tuntutan pembangunan masyarakat pedesaan. Faktor-faktor
penyebabnya antara lain ialah kelangkaan sumber-sumber, kurangnya relevansi,
dan kebijakan pembangunan yang berlaku.
Berdasarkan
permasalahan-permasalahan di atas, dapat dijelaskan bahwa pengembangan
masyarakat, terutama di daerah pedesaan, melandasi kehadiran dan perkembangan
subsistem pendidikan luar sekolah untuk berperan dalam pengembangan sumber daya
manusia sebagai perilaku utama pengembangan masyarakat.
2.3
Prinsip
dalam Pengembangan Masyarakat Pedesaan
Pengembangan
masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip: keterpaduan,
berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri, dan kaderisasi. Keseluruhan
prinsip menjelaskan bahwa strategi pengembangan masyarakat sebagai upaya
terencana dari masyarakat yang kemudian dibantu oleh pemerintah sehingga dalam
program atau kegiatan pengembangan itu terdapat keterpaduan antara kegiatan
masyarakat dan program instansi pemerintah. Kegiatan pengembangan masyarakat
juga tidak diharapkan untuk sekali dan tuntas, melainkan merupakan upaya yang
berkelanjutan sehingga suatu kegiatan akan menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang
berikutnya, yang berfungsi sebagai pendorong agar masyarakat dapat
mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Lebih lanjut, untuk memperluas
kegiatan pengembangan masyarakat yang sesuai dengan meningkatnya kepentingan
dan kebutuhan masyarakat maka kader pembangunan yang berasal dari masyarakat
itu sendiri perlu disiapkan dan ditingakatkan kuantitas serta kualitasnya.
Sesuai
dengan prinsip-prinsip di atas, Perserikatan Bangsa-Bangsa (1971) dalam
Sudjanah (1991; 210) menjelaskan sepuluh prinsip pengembangan masyarakat
sebagai berikut:
1)
Kegiatan dalam pengembangan masyarakat
harus ada hubungannya dengan kebutuhan masyarakat dan dijadiakan atas kebutuhan
itu, sedangkan kegiatan permulaan hendaknya dilakukan sebagai jawaban terhadap
kebutuhan yang dinyatakan (expressed
needs) oleh masyarakat.
2)
Upaya pengembangan masyarakat yang
bersifat lokal, di suatu kesatuan wilayah, dapat dicapai melalui sektor-sektor
yang dianggap penting namun perlu ada keterkaitan dan keserasian dengan
kegiatan yang menyeluruh.
3)
Kegiatan permulaan pengembangan
masyarakat perlu diarahkan untuk tumbuhnya perubahan sikap dan perilaku positif
warga masyarakat karena perubahan sikap dan perilaku mereka sama pentingnya
dengan hasil pembangunan fisik.
4)
Penyelenggaraan program pengembangan
masyarakat harus dapat meningkatkan partisipasi masyarakat yang makin baik
dalam kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan, menyegarkan dan meningkatkan
efektivitas fungsi dan peranan pemerintahan lokal.
5)
Peningkatan, dorongan, dan latihan
pimpinan lokal dan penumbuhan kader hendaknya dijadikan sasaran pokok dalam
setiap program pengembangan masyarakat.
6)
Kepercayaan yang lebih besar terhadap
peranan dan partisipasi wanita dan pemuda dalam setiap program pengembangan
masyarakat akan memperkuat dan menyemarakkan penyelengaraan program, memperoleh
dukungan lebih besar dari unsur-unsur masyarakat, serta menjamin perluasan
kegiatan jangka panjang.
7)
Untuk menjamin efektivitas kegiatan
pengembangan masyarakat maka setiap program membutuhkan bantuan dan pelayanan
yang lebih baik, luas dan mendalam dari pemerintah.
8)
Penyelenggaraan program pengembangan
masyarakat pada skala nasional menuntut adanya kebijaksanaan yang konsisten,
peraturan pengelolaan khusus, pengangkatan dan latihan tenaga, pengerahan
sumber-sumber lokal dan nasional, serta upaya percontohan, penelitihan, dan
penilaian.
9)
Sumber-sumber yang berasal dari
lembaga-lembaga swasta sukarela hendaknya dimanfaatkan secara maksimal dalam
program-program pengembangan masyarakatpada tingkat lokal, daerah, dan
nasional.
10) Upaya
memajukan sektor ekonomi dan sosial pada tingkat lokal menuntut upaya
pembangunan yang paralel dan lebih luas pada skala nasional.
Pendidikan luar sekolah sebagai baagian penting dari
program pengembangan masyarakat mengandung makna bahwa setiap kebijakan dan
kegiatan pengembangan masyarakat memuat pula kebijakan dan program pendidikan
luar sekolah. Dengan demikian, pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang disengaja
untuk membantu masyarakat agar mereka dapat merubah sikap dan perilaku
membangun dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya.
2.4
Sasaran
Pendidikan Luar Sekolah dalam Pengembangan Masyarakat Pedesaan
Salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan
luar sekolah dalam pengembangan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar
belajar yang mengarahkan pada masyarakat yang berubah dari keadaan mimpi atau
semu menjadi masyarakat yang memiliki planing.
Kehidupan semu digambarkan oleh Freire (1972) dengan keidupan yang merasa
tertekan, masa bodoh, tertekan, dalam derita hidupnya, dan fatal.
Masyarakat berencana (planning
society), menurut Graham (1975) dalam Sudjanah (1991; 212), adalah masyarakat yang sangat tanggap terhadap
perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan terhadap kemungkinan-kemungkinan
perubahan yang akan terjadi di masa depan. Sebagian besar warga masyarakat
mampu berpikir kreatif, bersikap inovatif, dan memiliki tanggung jawab yang
kuat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Ditinjau dari proses belajar, masyarakat gemar belajar
memiliki beberapa ciri:
1)
Sebagian
besar atau seluruh warga masyarakat gemar mencari informasi yang berhubungan
dengan kepentingan hidupnya. Informasi yang mereka peroleh dapat
dari berbagai sumber, seperti teman, media televisi,
serta dapat dengan melihat obyek dan peristiwa yang berkaitan dengan kemajuan.
2)
Gemar
melakukan penggalian informasi baru melalui kegiatan membaca sebagai berbagai sumber buku, dan
media cetak.
3)
Gemar
menulis dan menyampaikan informasi. Hal tersebut menandakan bahwa mereka menghasilkan sesuatu, yang baru mereka dapatkan dari penelitihan, pengalaman
dalam pekerjaan ataupun kegiatan yang lainnya.
4)
Gemar
melakukan kegiatan belajar secara berlanjut atas dasar bahwa belajar tidak
dapat dipisahkan dari kehidupannya. Mereka bukan sekedar mempelajari, tapi juga
ditujukan untuk penigkatan kualitas kehidupan diri dan masyarakatnya.
2.5
Implikasi
Pendidikan Luar Sekolah untuk Masyarakat Pedesaan
Untuk menumbuhkan masyarkat gemar
belajar di masyarakat pedesaan, berbagai program pendidikan luar sekolah dapat
dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Maslov dalam
teori kebutuhannya, kebutuhan yang paling dirasakan oleh masyarakat pedesaan di
negara-negara sedang berkembang adalah kebutuhan fisiologis atau kebutuhan
dasar. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan aspek sosial-ekonomi masyarakat.
Karena itu, pada tahap pertama, aspek ekonomilah yang perlu dijadikan sasaran
utama program pendidikan luar sekolah sebagai rintisan awal untuk menumbuhkan
masyarakat gemar belajar. Kegiatan dengan upaya membelajarkan masyarakat dalam
aspek ekonomi sehingga mereka mampu melakukan fungsi penyediaan sarana
produksi, fungsi produksi barang, dan fungsi pemasaran hasil. Fungsi penyediaan
sarana produksi diarahkan untuk menyediakan bahan dengan usaha mencari,
menghimpun, mengganti dan mengangkut bahan produksi. Dalam kegiatan pertanian
misalnya, upaya penyediaan sarana produksi ini berkaitan dengan penyediaan
benih, pupuk, obat-obatan, dana dan bahan baku. Kegiatan belajar dalam fungsi penyediaan
sarana produksi antara lain mengenai teknik pengolahan tanah, pemilihan dan
penanaman bibit, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman,
pemanenan hasil, peemeliharaan fasilitas dan alat, serta pencarian penggunaan
biaya.
Fungsi produksi berkaitan dengan upaya
mengolah bahan baku untuk menghasilkan bahan dan atau barang yang dapat dijual,
ditukar di pasaran atau untuk dikonsumsi langsung oleh orang yang memproduksi. Kegiatan
belajar yang bisa dilakukan ialah dengan pengulangan pengalaman, bimbingan
praktek, pengamatan, percobaan, permainan, percontohan, diskusi, penjelasan
langsung dari sumber belajar atau melalui media elektronika dan media cetak.
Fungsi pemasaran mencakup kegiatan,
sasaran, dan sarana yang digunakan dalam memasarkan hasil produksi. Fungsi
pemasaran mencakup berbagai kegiatan seperti memilih, memindahkan, dan menyusun
hasil produksi untuk kemudian disimpan, dijual, atau dikonsumsi. Sasaran fungsi
pemasaran ialah untuk memperoleh perubahan kearah positif pada pihak produsen
maupun konsumen. Kegiatan belajar yang sering digunakan masyarakat dalam tahap
ini ialah mempelajari cara menggunakan hasil produksi, penyimpanan, penukaran,
pemindahan, dan pengolahan kembali hasil produksi itu. Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa fungsi penyediaan bahan baku, proses produkksi, dan pemasaran
dapat dijadikan sebagai titik awal upaya menumbuhkan kegemaran masyarakat untuk
belajar bagi kepentingan hidupnya.
Selain fungsi-fungsi yang sudah
dijelaskan sebelumnya, fungsi lain yang juga ada dalam kehidupan masyarakat yang
dapat dijadikan sasaran untuk menumbuhakan masyarakat gemar belajar antara
lain: 1) fungsi penampiln diri; 2)
pemeliharaan kesehatan; 3) kehidupan berorganisasi; dan 4) perluasan kesempatan
belajar.
Di dalam menumbuhkan masyarakat gemar
belajar, melalui kegiatan belajar yang berkaitan dengan berbagai fungsi
sebagaimana dikemukakan sebelumnya, pendidikan luar sekolah dalam berperan
dalam hal-hal berikut:
1)
PLS memberikan penghargaan dan pengakuan
terhadap sumber-sumber yang tersedia di masyarakat dan mengguanakannya secara
optimal dalam gerakan pengembangan masyarakat.
2)
PLS menghormati nilai-nilai agama,
keyakinan, tradisi dan budaya masyarakat. Selain itu, PLS juga menghargai jati
diri dan latar belakang kehidupan warga masyarakat yang mengikuti program
pendidikan dan menempatkan mereka sebagai subjek penting dalam pengembangan
masyarakat.
3)
Lembaga PLS bekerjasama dengan lembaga-lembaga
yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat dan pimpinan masyarakat, serta
memanfaatkan sebaik-baiknya kerjasama tersebut untuk membelajarkan masyarakat
dalam konteks mengembangkan masyarakat.
4)
PLS mengutamakan program yang berkaitan
dengan upaya pemenuhan kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyarakat.
5)
PLS memperkenalkan kekuatan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan humaniora melalui komunikasi terorganisasi dalam
masyarakat sehingga masyarakat terdorong untuk mempelajari dan menerapkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan humaniora dalam memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat
dalam setiap aspek kehidupan.
3
Penutup
3.1
Kesimpulan
1)
Pendidikan luar sekolah adalah
pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai
jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di
luar jalur pendidikan formal (persekolahan).
2)
Masalah-masalah yang dihadapi dalam
pengembangan masyarakat dan hubungannya dengan pendidikan yang terdapat di
pedesaan adlah perkembangan masyarakat cenderung masih statis. Sebagaian besar
anggota masyarakat bermata pencaharian sebagai petani yang masih terikat oleh
tradisi dan adat yang cenderung kurang mendukung pembangunan. Banyak warga
masyarakat yang menderita kemiskinan serta keterbelakangan di bidang
pendidikan. Tenaga terdidik masih sangat rendah, dikarenakan sebagian besar
penduduk berpendidikan rendah, dan masih banyak yang buta huruf. Sistem dan
program pendidikan sekolah belum menunjang tuntutan pembangunan masyarakat pedesaan.
3)
Keterpaduan, berkelanjutan, keserasian,
kemampuan sendiri, dan kaderisasi merupakan prinsip yang paling mendasar dalam
pelaksanaan program pengembangan masyarakat pedesaan.
4)
Salah
satu sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan luar sekolah dalam pengembangan
masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar yang mengarahkan pada
masyarakat yang berubah dari keadaan mimpi atau semu menjadi masyarakat yang
memiliki planing.
5)
Di dalam menumbuhkan masyarakat gemar
belajar pendidikan luar sekolah dapat berperan dengan memberikan penghargaan
dan pengakuan terhadap sumber-sumber yang tersedia, menghormati nilai-nilai
agama, keyakinan, tradisi dan budaya masyarakat, menghargai jati diri dan latar
belakang kehidupan warga masyarakat yang mengikuti program pendidikan dan
menempatkan mereka sebagai subjek penting dalam pengembangan masyarakat.
Lembaga PLS bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
pengembangan masyarakat dan pimpinan masyarakat, memperkenalkan kekuatan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan humaniora melalui komunikasi terorganisasi dalam
masyarakat.
3.2
Saran
1)
Kepada masyarakat, hendaknya menjadi
masyarakat yang lebih terbuka terhadap perubahan-perubahan yang dapat
mengarahkan kekehidupan yang yang lebih baik. Diharapkan masyarakat tidak
“kaku” dalam menyikapi perubahan yang ditujukan untuk kepentingan bersama.
2)
Kepada para lembaga yang berkaitan
dengan pengembangan masyarakat, hendaknya tidak mengabaikan peranan para
pendidik luar sekolah, karena diharapkan para lembaga yang berkaitan dengan
pengembangan masyarakat dapat bekerja sama dengan pendidik luar sekolah untuk
mengembangkan masyarakat pedesaan kearah kualitas dan kuantitas yang terus
meningkat. Serta keduanya (para lembaga yang berkaitan dengan pengembangan
masyarakat dan pendidik luar sekolah) dapat menerapkan prinsip-prinsip dalam
pengembangan masyarakat pedesaan.
3)
Kepada pemerintah, diharap pemerintah
tidak hanya mengembangkan pembangunannya di daerah perkotaan, tetapi juga di
daerah pedesaan. Dan juga pemerintah tidak mempersulit birokrasi dalam setiap
usulan program pengembangan masyarakat di pedesaan.
Daftar
Rujukan
Sudjana, H.D. 1991.
Pendidikan Luar Sekolah – Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah dan Teori
Pendukung Asas. Bandung: Penerbit Nusantara Press.
Suryana, Deni. 2009. Pembangunan Masyarakat Desa, (Online),
(http:// Badranaya/2009/12/23/Pembangunan-Masyarakat-Desa,
diakses 26 Februari 2012)
Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wikipedia Berbahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas “Pendidikan Luar Sekolah”.
Sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan, Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Malang
oleh
1.
Umu
Da’watul Choiro (110141405809)
2.
Marta
Kusuma Rachmadanti (110141405808)
3. Ahmad
Dany Muzaki (110141411033)
Saya TINTIN RAHMAYANTI Saya ingin menyaksikan karya bagus ALLAH dalam hidup saya untuk semua yang tinggal di sini di Indonesia, Asia dan di beberapa negara di seluruh dunia.
BalasHapusSaat ini saya tinggal di Indonesia. Saya seorang wanita Bisnis dengan tiga anak dan saya terjebak dalam berbicara keuangan di bulan DESEMBER 2017 dan saya perlu membiayai kembali dan membayar tagihan saya,
Saya adalah korban kredit memberikan kredit 4-kredit, saya Melepaskan uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses karena saya Dipanggil oleh orang-orang yang saya berutang, saya dibebaskan dan saya bertemu dengan seorang teman, yang saya jelaskan saya dan kemudian saya memperkenalkan perusahaan ke ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM yang andal.
Bagi orang-orang yang mencari pinjaman? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan di internet, tetapi mereka masih sangat nyata di perusahaan pinjaman palsu.
Saya mendapat pinjaman dari ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM sebesar Rp800.000.000 dengan sangat mudah dalam waktu 24 jam yang saya terapkan, sehingga saya memutuskan untuk membagikan karya terbaik ALLAH melalui ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya yakinkan jika Anda membutuhkan pinjaman silakan hubungi ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM. Hubungi mereka melalui email :. (alexanderrobertloan@gmail.com)
Anda juga bisa menghubungi saya melalui email saya di (tinrahma222@gmail.com) jika Anda merasa sulit untuk mendapatkan pinjaman.