Kamis, 07 November 2013

PENGEMBANGAN MASYARAKAT PEDESAAN DALAM HUBUNGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


1.        Pendahuluan
1.1    Latar Belakang
Indonesia terbagi atas berbagai pulau dan wilayah. Mulai dari kabupaten, kecamatan, juga kelurahan ataupun desa. Suryana (2009) mengungkapkan, desa merupakan salah satu bagian terkecil dari rangkaian struktural sebuah negara. Desa dari dulu kala (mungkin hingga saat ini) selalu identik dengan ketertinggalan, kotor, udik dan hal-hal lain yang sejenisnya. Dan desapun senantiasa selalu tertinggal dari pembangunan-pembangunan nasional di Indonesia. Baik pembangunan sumber daya manusia sebagai aset terbesar.
Pembangunan pedesaan selain masalah infrastruktur, yang tidak kalah penting adalah masalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga dan sangat vital bagi setiap bangsa. Perusahaan-perusahaan dalam mencari calon karyawannya pasti akan mencari karyawan (SDM) yang berkualitas. Salah satu syarat untuk menjadikan SDM berkualitas adalah mendapatkan pendidikan dan pelatihan untuk memperoleh keterampilan dan keahlian. Ketika menyadari bahwa masih rendahnya SDM, tentu satu sikap yang harus dimiliki adalah keyakinan dan optimis untuk dapat mengangkat SDM tersebut. Salah satu pilar yang tidak mungkin terabaikan adalah melalui pendidikan non formal atau lebih dikenal dengan pendidikan luar sekolah (PLS). Rendahnya kualitas SDM tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya ketidakmampuan anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, sebagai akibat dari kemiskinan yang melilit kehidupan keluarga, atau bisa saja disebabkan oleh faktor ekonomi yang menyebabkan tingginya angka putus sekolah.
Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah yakni menggerakan program pendidikan non formal. Disebutkan dalam UU Nomor 20, tentang Sistem Pendidikan Nasional secara lugas dan tegas menyebutkan bahwa pendidikan non formal akan terus ditumbuhkembangkan dalam kerangka mewujudkan pendidikan berbasis masyarakat, dan pemerintah ikut bertanggungjawab atas kelangsungan pendidikan non formal sebagai upaya untuk menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Hal tersebut akan dibahas dalam makalah ini, khususnya terkait pengembangan masyarakat pedesaan dalam hubungannya dengan pendidikan luar sekolah.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka fokus penulisan makalah ini akan terinci dalam bentuk rumusan sebagai berikut.
1)        Apa masalah dalam pengembangan masyarakat pedesaan dan hubungannya dengan pendidikan?
2)        Apa prinsip dalam pengembangan masyarakat pedesaan?
3)        Bagaimana sasaran pendidikan luar sekolah dalam pengembangan masyarakat pedesaan?
4)        Bagaimana implikasi pendidikan luar sekolah untuk masyarakat pedesaan?

1.3    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1)        Mengetahui masalah dalam pengembangan masyarakat pedesaan dan hubungannya dengan pendidikan.
2)        Mengtahui prinsip dalam pengembangan masyarakat pedesaan.
3)        Mengetahui sasaran pendidikan luar sekolah dalam pengembangan masyarakat pedesaan.
4)        Mengetahui implikasi pendidikan luar sekolah untuk masyarakat pedesaan.
2.        Pembahasan
2.1     Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah (out of school education) dalam wikipedia adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).
Dalam Sudjana (1991; 13) menerangkan, bahwa pendidikan luar sekolah merupakan konsep yang muncul dalam studi kependidikan. Konsep pendidikan luar sekolah muncul atas dasar hasil observasi dan pengalaman langsung dan tidak langsung. Hasil observasi dalam pengalaman ini kemudian dibentuk sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan ciri-ciri antara pendidikan luar sekolah dengan pendidikan sekolah, persamaan keduanya seperti,1) kegiatannya sengaja, 2) terorganisasi, 3) melibatkan pengajar dan peserta didik. Sedangkan perbedaan di antara keduanya adalah:1) bahan ajar, 2) jadwal, 3) tempat belajar, 4) sumber belajar, dan 5) hasil belajar.
Disamping itu, pendidikan luar sekolah juga memiliki pengertian sistem, prinsip-prinsip, dan paradigma tersendiri yang relatif berbeda dengan apa yang dimiliki pendidikan sekolah.

2.2     Masalah dalam Pengembangan Masyarakat Pedesaan dan Hubungannya dengan Pendidikan
Masalah-masalah yang dihadapi dalam pengembangan masyarakat dan hubungannya dengan pendidikan yang terdapat di pedesaan dapat digambarkan sebagai berikut:
1)        Masyarakat pedesaan merupakan bagian terbesar penduduk dunia. Laporan PBB (1953) tentang situasi dunia, hasil survey mengenai program-program pengembangan masyarakat serta ekonomi dunia, mengemukakan bahwa penghuni dunia terdiri atas tiga sampai lima juta komunitas pedesaan, yaitu kelompok-kelompok yang memiliki perasaan keakraban dan kebersamaan. Bentuk komunitas tersebut bervariasi yang mencakup kelompok masyarakat yang masih hidup berpindah-pindah, kelompok yang kehidupannya seperti suku-suku terasing, dan masyarakat petani di pedesaan. Delapan puluh persen dari jumlah seluruh komunitas tersebut tersebar di negara-negara yang sedang berkembang.
Sejak tahun enampuluhan, negara-negara berkembang memandang masyarakat pedesaan sebagai masalah yang amat penting dalam pembangunan nasional di negara masing-masing. Di antara faktor penyebabnya adalah tantangan dari luar  yang berupa: a) perubahan ekonomi, sosial dan teknologi dunia yang kurang memberi manfaat dagi masyarakat pedesaan, bahkan sring menimbulkan kegoncangan ekonomi dan melemahkan integritas sosial dan budaya masyarakat pedesaan; b) rangsangan melalui media massa yang menimbulkan keinginan terhadap barang-barang konsumsi dan kebutuhan sosial lainnya yang tidak diimbangi oleh kemampuan masyarakat untuk memiliki, memelihara, dan memanfaatkannya. Selain tantangan dari luar terdapat juga tantangan dari dalam yang berupa: a) tekanan pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan luas lahan yang tersedia; b) keinginan memproduksi bahan-bahan yang dapat dijual, disamping untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi keterampilan memproduksi dan memasarkannya masih rendah; dan c) dorongan urbanisasi untuk memperoleh pekerjaan, pendidikan, atau kebutuhan lainya di kota.  Tantangan-tantangan tersebut sering menggoyahkan ikatan kekeluargaan dan kehidupan tradisional masyarakat pedesaan, menimbulkan sikap masa bodoh atau sikap menolak tanpa dasar, bahkan dapat membangkitkan harapan dan tuntutan luar biasa yang tidak didasarkan atas kemampuan masyarakat itu sendiri.
2)        Kegiatan pembangunan dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk di dalamnya pembangunan pendidikan, sangat diperlukan oleh dan untuk masyarakat pedesaan. Kebutuhan untuk membangun ini didasarkan antara lain atas adanya jurang perbedaan antara perkembangan daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Di daerah pedesaan, perkembangan masyarakat cenderung masih statis. Sebagaian besar anggota masyarakat bermata pencaharian sebagai petani yang masih terikat oleh tradisi dan adat yang cenderung kurang mendukung pembangunan. Banyak warga masyarakat yang menderita kemiskinan serta keterbelakangan di bidang pendidikan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya penduduk yang tidak berkesempatan memasuki dunia pendidikan sekolah, atau kebanyakan masih dalam tingkat sekolah dasar. Di daerah pedesaan juga masih banyak penduduk yang buta aksara.
3)        Sekitar 70-80 persen penduduk dunia, bermukim di pedesaan. Tenaga terdidik masih sangat rendah, dikarenakan sebagian besar penduduk berpendidikan rendah, dan masih banyak yang buta huruf. Botkin dalam Sudjanah (1991; 199) mengemukakan bahwa buta huruf merupakan Dunia Kelima, dan merupakan peringkat dunia kelima setelah peringkat Dunia Keempat yaitu negara-negara miskin.
4)        Sistem dan program pendidikan sekolah belum menunjang tuntutan pembangunan masyarakat pedesaan. Faktor-faktor penyebabnya antara lain ialah kelangkaan sumber-sumber, kurangnya relevansi, dan kebijakan pembangunan yang berlaku.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, dapat dijelaskan bahwa pengembangan masyarakat, terutama di daerah pedesaan, melandasi kehadiran dan perkembangan subsistem pendidikan luar sekolah untuk berperan dalam pengembangan sumber daya manusia sebagai perilaku utama pengembangan masyarakat.

2.3     Prinsip dalam Pengembangan Masyarakat Pedesaan
Pengembangan masyarakat diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip: keterpaduan, berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri, dan kaderisasi. Keseluruhan prinsip menjelaskan bahwa strategi pengembangan masyarakat sebagai upaya terencana dari masyarakat yang kemudian dibantu oleh pemerintah sehingga dalam program atau kegiatan pengembangan itu terdapat keterpaduan antara kegiatan masyarakat dan program instansi pemerintah. Kegiatan pengembangan masyarakat juga tidak diharapkan untuk sekali dan tuntas, melainkan merupakan upaya yang berkelanjutan sehingga suatu kegiatan akan menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang berikutnya, yang berfungsi sebagai pendorong agar masyarakat dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki. Lebih lanjut, untuk memperluas kegiatan pengembangan masyarakat yang sesuai dengan meningkatnya kepentingan dan kebutuhan masyarakat maka kader pembangunan yang berasal dari masyarakat itu sendiri perlu disiapkan dan ditingakatkan kuantitas serta kualitasnya.
Sesuai dengan prinsip-prinsip di atas, Perserikatan Bangsa-Bangsa (1971) dalam Sudjanah (1991; 210) menjelaskan sepuluh prinsip pengembangan masyarakat sebagai berikut:
1)        Kegiatan dalam pengembangan masyarakat harus ada hubungannya dengan kebutuhan masyarakat dan dijadiakan atas kebutuhan itu, sedangkan kegiatan permulaan hendaknya dilakukan sebagai jawaban terhadap kebutuhan yang dinyatakan (expressed needs) oleh masyarakat.
2)        Upaya pengembangan masyarakat yang bersifat lokal, di suatu kesatuan wilayah, dapat dicapai melalui sektor-sektor yang dianggap penting namun perlu ada keterkaitan dan keserasian dengan kegiatan yang menyeluruh.
3)        Kegiatan permulaan pengembangan masyarakat perlu diarahkan untuk tumbuhnya perubahan sikap dan perilaku positif warga masyarakat karena perubahan sikap dan perilaku mereka sama pentingnya dengan hasil pembangunan fisik.
4)        Penyelenggaraan program pengembangan masyarakat harus dapat meningkatkan partisipasi masyarakat yang makin baik dalam kegiatan pembangunan dan kemasyarakatan, menyegarkan dan meningkatkan efektivitas fungsi dan peranan pemerintahan lokal.
5)        Peningkatan, dorongan, dan latihan pimpinan lokal dan penumbuhan kader hendaknya dijadikan sasaran pokok dalam setiap program pengembangan masyarakat.
6)        Kepercayaan yang lebih besar terhadap peranan dan partisipasi wanita dan pemuda dalam setiap program pengembangan masyarakat akan memperkuat dan menyemarakkan penyelengaraan program, memperoleh dukungan lebih besar dari unsur-unsur masyarakat, serta menjamin perluasan kegiatan jangka panjang.
7)        Untuk menjamin efektivitas kegiatan pengembangan masyarakat maka setiap program membutuhkan bantuan dan pelayanan yang lebih baik, luas dan mendalam dari pemerintah.
8)        Penyelenggaraan program pengembangan masyarakat pada skala nasional menuntut adanya kebijaksanaan yang konsisten, peraturan pengelolaan khusus, pengangkatan dan latihan tenaga, pengerahan sumber-sumber lokal dan nasional, serta upaya percontohan, penelitihan, dan penilaian.
9)        Sumber-sumber yang berasal dari lembaga-lembaga swasta sukarela hendaknya dimanfaatkan secara maksimal dalam program-program pengembangan masyarakatpada tingkat lokal, daerah, dan nasional.
10)    Upaya memajukan sektor ekonomi dan sosial pada tingkat lokal menuntut upaya pembangunan yang paralel dan lebih luas pada skala nasional.
Pendidikan luar sekolah sebagai baagian penting dari program pengembangan masyarakat mengandung makna bahwa setiap kebijakan dan kegiatan pengembangan masyarakat memuat pula kebijakan dan program pendidikan luar sekolah. Dengan demikian, pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang disengaja untuk membantu masyarakat agar mereka dapat merubah sikap dan perilaku membangun dalam upaya meningkatkan taraf hidupnya.

2.4     Sasaran Pendidikan Luar Sekolah dalam Pengembangan Masyarakat Pedesaan
Salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan luar sekolah dalam pengembangan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar yang mengarahkan pada masyarakat yang berubah dari keadaan mimpi atau semu menjadi masyarakat yang memiliki planing. Kehidupan semu digambarkan oleh Freire (1972) dengan keidupan yang merasa tertekan, masa bodoh, tertekan, dalam derita hidupnya, dan fatal.
Masyarakat berencana (planning society), menurut Graham (1975) dalam Sudjanah (1991; 212), adalah masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang sedang terjadi dan terhadap kemungkinan-kemungkinan perubahan yang akan terjadi di masa depan. Sebagian besar warga masyarakat mampu berpikir kreatif, bersikap inovatif, dan memiliki tanggung jawab yang kuat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Ditinjau dari proses belajar, masyarakat gemar belajar memiliki beberapa ciri:
1)        Sebagian besar atau seluruh warga masyarakat gemar mencari informasi yang berhubungan dengan kepentingan hidupnya. Informasi yang mereka peroleh dapat dari berbagai sumber, seperti teman, media televisi, serta dapat dengan melihat obyek dan peristiwa yang berkaitan dengan kemajuan.
2)        Gemar melakukan penggalian informasi baru melalui kegiatan membaca sebagai berbagai sumber buku, dan media cetak.
3)        Gemar menulis dan menyampaikan informasi. Hal tersebut menandakan bahwa mereka menghasilkan sesuatu, yang baru mereka dapatkan dari penelitihan, pengalaman dalam pekerjaan ataupun kegiatan yang lainnya.
4)        Gemar melakukan kegiatan belajar secara berlanjut atas dasar bahwa belajar tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Mereka bukan sekedar mempelajari, tapi juga ditujukan untuk penigkatan kualitas kehidupan diri dan masyarakatnya.

2.5    Implikasi Pendidikan Luar Sekolah untuk Masyarakat Pedesaan
Untuk menumbuhkan masyarkat gemar belajar di masyarakat pedesaan, berbagai program pendidikan luar sekolah dapat dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Maslov dalam teori kebutuhannya, kebutuhan yang paling dirasakan oleh masyarakat pedesaan di negara-negara sedang berkembang adalah kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dasar. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan aspek sosial-ekonomi masyarakat. Karena itu, pada tahap pertama, aspek ekonomilah yang perlu dijadikan sasaran utama program pendidikan luar sekolah sebagai rintisan awal untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar. Kegiatan dengan upaya membelajarkan masyarakat dalam aspek ekonomi sehingga mereka mampu melakukan fungsi penyediaan sarana produksi, fungsi produksi barang, dan fungsi pemasaran hasil. Fungsi penyediaan sarana produksi diarahkan untuk menyediakan bahan dengan usaha mencari, menghimpun, mengganti dan mengangkut bahan produksi. Dalam kegiatan pertanian misalnya, upaya penyediaan sarana produksi ini berkaitan dengan penyediaan benih, pupuk, obat-obatan, dana dan bahan baku. Kegiatan belajar dalam fungsi penyediaan sarana produksi antara lain mengenai teknik pengolahan tanah, pemilihan dan penanaman bibit, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, pemanenan hasil, peemeliharaan fasilitas dan alat, serta pencarian penggunaan biaya.
Fungsi produksi berkaitan dengan upaya mengolah bahan baku untuk menghasilkan bahan dan atau barang yang dapat dijual, ditukar di pasaran atau untuk dikonsumsi langsung oleh orang yang memproduksi. Kegiatan belajar yang bisa dilakukan ialah dengan pengulangan pengalaman, bimbingan praktek, pengamatan, percobaan, permainan, percontohan, diskusi, penjelasan langsung dari sumber belajar atau melalui media elektronika dan media cetak.
Fungsi pemasaran mencakup kegiatan, sasaran, dan sarana yang digunakan dalam memasarkan hasil produksi. Fungsi pemasaran mencakup berbagai kegiatan seperti memilih, memindahkan, dan menyusun hasil produksi untuk kemudian disimpan, dijual, atau dikonsumsi. Sasaran fungsi pemasaran ialah untuk memperoleh perubahan kearah positif pada pihak produsen maupun konsumen. Kegiatan belajar yang sering digunakan masyarakat dalam tahap ini ialah mempelajari cara menggunakan hasil produksi, penyimpanan, penukaran, pemindahan, dan pengolahan kembali hasil produksi itu. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa fungsi penyediaan bahan baku, proses produkksi, dan pemasaran dapat dijadikan sebagai titik awal upaya menumbuhkan kegemaran masyarakat untuk belajar bagi kepentingan hidupnya.
Selain fungsi-fungsi yang sudah dijelaskan sebelumnya, fungsi lain yang juga ada dalam kehidupan masyarakat yang dapat dijadikan sasaran untuk menumbuhakan masyarakat gemar belajar antara lain: 1) fungsi penampiln diri;  2) pemeliharaan kesehatan; 3) kehidupan berorganisasi; dan 4) perluasan kesempatan belajar.
Di dalam menumbuhkan masyarakat gemar belajar, melalui kegiatan belajar yang berkaitan dengan berbagai fungsi sebagaimana dikemukakan sebelumnya, pendidikan luar sekolah dalam berperan dalam hal-hal berikut:
1)        PLS memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap sumber-sumber yang tersedia di masyarakat dan mengguanakannya secara optimal dalam gerakan pengembangan masyarakat.
2)        PLS menghormati nilai-nilai agama, keyakinan, tradisi dan budaya masyarakat. Selain itu, PLS juga menghargai jati diri dan latar belakang kehidupan warga masyarakat yang mengikuti program pendidikan dan menempatkan mereka sebagai subjek penting dalam pengembangan masyarakat.
3)        Lembaga PLS bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat dan pimpinan masyarakat, serta memanfaatkan sebaik-baiknya kerjasama tersebut untuk membelajarkan masyarakat dalam konteks mengembangkan masyarakat.
4)        PLS mengutamakan program yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan yang dirasakan dan dinyatakan oleh masyarakat.
5)        PLS memperkenalkan kekuatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora melalui komunikasi terorganisasi dalam masyarakat sehingga masyarakat terdorong untuk mempelajari dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora dalam memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat dalam setiap aspek kehidupan.


3          Penutup
3.1     Kesimpulan
1)        Pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang dirancang untuk membelajarkan warga belajar agar mempunyai jenis keterampilan dan atau pengetahuan serta pengalaman yang dilaksanakan di luar jalur pendidikan formal (persekolahan).
2)        Masalah-masalah yang dihadapi dalam pengembangan masyarakat dan hubungannya dengan pendidikan yang terdapat di pedesaan adlah perkembangan masyarakat cenderung masih statis. Sebagaian besar anggota masyarakat bermata pencaharian sebagai petani yang masih terikat oleh tradisi dan adat yang cenderung kurang mendukung pembangunan. Banyak warga masyarakat yang menderita kemiskinan serta keterbelakangan di bidang pendidikan. Tenaga terdidik masih sangat rendah, dikarenakan sebagian besar penduduk berpendidikan rendah, dan masih banyak yang buta huruf. Sistem dan program pendidikan sekolah belum menunjang tuntutan pembangunan masyarakat pedesaan.
3)        Keterpaduan, berkelanjutan, keserasian, kemampuan sendiri, dan kaderisasi merupakan prinsip yang paling mendasar dalam pelaksanaan program pengembangan masyarakat pedesaan.
4)        Salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh pendidikan luar sekolah dalam pengembangan masyarakat adalah tumbuhnya masyarakat gemar belajar yang mengarahkan pada masyarakat yang berubah dari keadaan mimpi atau semu menjadi masyarakat yang memiliki planing.
5)        Di dalam menumbuhkan masyarakat gemar belajar pendidikan luar sekolah dapat berperan dengan memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap sumber-sumber yang tersedia, menghormati nilai-nilai agama, keyakinan, tradisi dan budaya masyarakat, menghargai jati diri dan latar belakang kehidupan warga masyarakat yang mengikuti program pendidikan dan menempatkan mereka sebagai subjek penting dalam pengembangan masyarakat. Lembaga PLS bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat dan pimpinan masyarakat, memperkenalkan kekuatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora melalui komunikasi terorganisasi dalam masyarakat.

3.2     Saran
1)        Kepada masyarakat, hendaknya menjadi masyarakat yang lebih terbuka terhadap perubahan-perubahan yang dapat mengarahkan kekehidupan yang yang lebih baik. Diharapkan masyarakat tidak “kaku” dalam menyikapi perubahan yang ditujukan untuk kepentingan bersama.
2)        Kepada para lembaga yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat, hendaknya tidak mengabaikan peranan para pendidik luar sekolah, karena diharapkan para lembaga yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat dapat bekerja sama dengan pendidik luar sekolah untuk mengembangkan masyarakat pedesaan kearah kualitas dan kuantitas yang terus meningkat. Serta keduanya (para lembaga yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat dan pendidik luar sekolah) dapat menerapkan prinsip-prinsip dalam pengembangan masyarakat pedesaan.
3)        Kepada pemerintah, diharap pemerintah tidak hanya mengembangkan pembangunannya di daerah perkotaan, tetapi juga di daerah pedesaan. Dan juga pemerintah tidak mempersulit birokrasi dalam setiap usulan program pengembangan masyarakat di pedesaan.


Daftar Rujukan
Sudjana, H.D. 1991. Pendidikan Luar Sekolah – Wawasan Sejarah Perkembangan Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung: Penerbit Nusantara Press.

Suryana, Deni. 2009. Pembangunan Masyarakat Desa, (Online), (http:// Badranaya/2009/12/23/Pembangunan-Masyarakat-Desa, diakses 26 Februari 2012)

 

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang  Sistem Pendidikan Nasional.

Wikipedia Berbahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas “Pendidikan Luar Sekolah”.

Sebagai Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan, Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Malang
oleh
1.        Umu Da’watul Choiro               (110141405809)
2.        Marta Kusuma Rachmadanti     (110141405808)
3.       Ahmad Dany Muzaki                (110141411033)


1 komentar:

  1. Saya TINTIN RAHMAYANTI Saya ingin menyaksikan karya bagus ALLAH dalam hidup saya untuk semua yang tinggal di sini di Indonesia, Asia dan di beberapa negara di seluruh dunia.
     Saat ini saya tinggal di Indonesia. Saya seorang wanita Bisnis dengan tiga anak dan saya terjebak dalam berbicara keuangan di bulan DESEMBER 2017 dan saya perlu membiayai kembali dan membayar tagihan saya,
    Saya adalah korban kredit memberikan kredit 4-kredit, saya Melepaskan uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka. Saya hampir mati dalam proses karena saya Dipanggil oleh orang-orang yang saya berutang, saya dibebaskan dan saya bertemu dengan seorang teman, yang saya jelaskan saya dan kemudian saya memperkenalkan perusahaan ke ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM yang andal.
    Bagi orang-orang yang mencari pinjaman? Jadi Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan di internet, tetapi mereka masih sangat nyata di perusahaan pinjaman palsu.
     Saya mendapat pinjaman dari ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM sebesar Rp800.000.000 dengan sangat mudah dalam waktu 24 jam yang saya terapkan, sehingga saya memutuskan untuk membagikan karya terbaik ALLAH melalui ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM dalam kehidupan keluarga saya. Saya yakinkan jika Anda membutuhkan pinjaman silakan hubungi ALEXANDER ROBERT LOAN FIRM. Hubungi mereka melalui email :. (alexanderrobertloan@gmail.com)
    Anda juga bisa menghubungi saya melalui email saya di (tinrahma222@gmail.com) jika Anda merasa sulit untuk mendapatkan pinjaman.

    BalasHapus